Penulisan Adalah Jurnalis Senior, Sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Wartawan Online Dwipantara (PWOD).
Swaraekslusif.com - Bangsa Indonesia tengah berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, kita memiliki modal sosial, budaya, dan ideologi yang kuat; di sisi lain, kita dihadapkan pada realitas politik yang gamang, penuh intrik, dan mudah diprovokasi. Situasi ini menimbulkan keresahan kolektif: ke mana arah bangsa ini sebenarnya akan dibawa?
Fenomena yang mengemuka belakangan ini adalah politik yang tidak stabil dan sarat tanda tanya. Aroma adu domba dan provokasi begitu mudah merebak, baik di ruang publik maupun dunia maya. Di tengah keterbukaan informasi, hoaks dan manipulasi opini seringkali mendominasi ruang diskusi, membuat masyarakat kian bingung dan mudah terpecah.
Yang lebih memprihatinkan, bangsa ini kerap memperlihatkan sikap kekanak-kanakan. Ego, ambisi, dan nafsu berkuasa seakan mengalahkan etika kebangsaan. Elit politik maupun masyarakat sering gagal menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Padahal, sejarah bangsa ini telah mengajarkan bahwa kemerdekaan diraih berkat persatuan, bukan perpecahan.
Kita juga menghadapi persoalan serius berupa hilangnya kendali kolektif. Seperti kapal tanpa kompas, bangsa ini terlihat kehilangan arah. Tidak ada konsensus bersama yang kokoh untuk menghadapi tantangan zaman. Akibatnya, setiap provokasi, setiap isu yang tidak jelas kebenarannya, begitu mudah memicu konflik dan perpecahan di tengah masyarakat.
Namun, di balik semua itu, ada harapan. Bangsa ini memiliki modal yang sangat berharga : Pancasila, musyawarah, dan kearifan lokal. Semangat musyawarah dan toleransi yang menjadi ciri khas bangsa harus kembali dihidupkan. Musyawarah bukan hanya untuk mencari keputusan, tapi juga merajut kebersamaan di tengah perbedaan.
Pancasila sebagai ideologi negara perlu diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilainya jangan hanya berhenti di ruang kelas atau pidato seremonial, tetapi harus menjiwai kebijakan politik, perilaku pemimpin, dan kehidupan sosial masyarakat.
Selain itu, kearifan lokal dari berbagai daerah di Nusantara perlu digali dan dipraktikkan kembali. Nilai-nilai seperti gotong royong, saling menghormati, dan kebersamaan yang lahir dari budaya lokal adalah perekat kebangsaan yang ampuh menghadapi arus globalisasi.
Bangsa ini harus memperkuat barisan kebangsaan dengan prinsip saling asah, saling asih, saling asuh, dan saling mengharumkan. Hanya dengan persatuan yang kokoh, kita bisa melangkah maju menghadapi tantangan ekonomi, politik, dan sosial di masa depan.
Opini ini bukan sekadar kritik, tetapi ajakan untuk menata ulang arah bangsa. Sudah saatnya kita dewasa dalam berpolitik, arif dalam menyikapi perbedaan, dan cerdas dalam menghadapi provokasi. Indonesia yang besar ini hanya bisa berdiri tegak jika warganya bersatu, bukan saling menjatuhkan.
Sumber : DPP PWOD